Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Sejarah. Tampilkan semua postingan

Asal Usul Sejarah Film Dokumenter di Dunia

Film dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi “dokumenter” sendiri selalu berubah sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital). Berikut adalah ulasan singkat mengenai perkembangan sejarah film dokumenter dari masa ke masa.
..
Era Film Bisu

 
Sejak awal ditemukannya sinema, para pembuat film di Amerika dan Perancis telah mencoba mendokumentasikan apa saja yang ada di sekeliling mereka dengan alat hasil temuan mereka. Seperti Lumiere Bersaudara, mereka merekam peristiwa sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka, seperti para buruh yang meninggalkan pabrik, kereta api yang masuk stasiun, buruh bangunan yang bekerja, dan lain sebagainya. Bentuknya masih sangat sederhana (hanya satu shot) dan durasinya pun hanya beberapa detik saja. Film-film ini lebih sering diistilahkan “actuality films”. Beberapa dekade kemudian sejalan dengan penyempurnaan teknologi kamera berkembang menjadi film dokumentasi perjalanan atau ekspedisi, seperti South (1919) yang mengisahkan kegagalan sebuah ekspedisi ke Antartika.

 
Tonggak awal munculnya film dokumenter secara resmi yang banyak diakui oleh sejarawan adalah film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty. Filmnya menggambarkan kehidupan seorang Eskimo bernama Nanook di wilayah Kutub Utara. Flaherty menghabiskan waktu hingga enam belas bulan lamanya untuk merekam aktifitas keseharian Nanook beserta istri dan putranya, seperti berburu, makan, tidur, dan sebagainya. Sukses komersil Nanook membawa Flaherty melakukan ekspedisi ke wilayah Samoa untuk memproduksi film dokumenter sejenis berjudul Moana (1926). Walau tidak sesukses Nanook namun melalui film inilah pertama kalinya dikenal istilah “documentary”, melalui ulasan John Grierson di surat kabar New York Sun. Oleh karena peran pentingnya bagi awal perkembangan film dokumenter, para sejarawan sering kali menobatkan Flaherty sebagai “Bapak Film Dokumenter”.
..
Sukses Nanook juga menginspirasi sineas-produser Merian C. Cooper dan Ernest B. Schoedsack untuk memproduksi film dokumenter penting, Grass: A Nation's Battle for Life (1925) yang menggambarkan sekelompok suku lokal yang tengah bermigrasi di wilayah Persia. Kemudian berlanjut dengan Chang: A Drama of the Wilderness (1927) sebuah film dokumenter perjalanan yang mengambil lokasi di pedalaman hutan Siam (Thailand). Eksotisme film-film tersebut kelak sangat mempengaruhi produksi film (fiksi) fenomenal produksi Cooper, yaitu King Kong (1933). Di Eropa, beberapa sineas dokumenter berpengaruh juga bermunculan. Di Uni Soviet, Dziga Vertov memunculkan teori “kino eye”. Ia berpendapat bahwa kamera dengan semua tekniknya memiliki nilai lebih dibandingkan mata manusia. Ia mempraktekkan teorinya melalui serangkaian seri cuplikan berita pendek, Kino Pravda (1922), serta The Man with Movie Camera (1929) yang menggambarkan kehidupan keseharian kota-kota besar di Soviet. Sineas-sineas Eropa lainnya yang berpengaruh adalah Walter Ruttman dengan filmnya, Berlin - Symphony of a Big City (1927) lalu Alberto Cavalcanti dengan filmnya Rien Que les Heures.

Era Menjelang dan Masa Perang Dunia
..
 
Film dokumenter berkembang semakin kompleks di era 30-an. Munculnya teknologi suara juga semakin memantapkan bentuk film dokumenter dengan teknik narasi dan iringan ilustrasi musik. Pemerintah, institusi, serta perusahaan besar mulai mendukung produksi film-film dokumenter untuk kepentingan yang beragam. Salah satu film yang paling berpengaruh adalah Triump of the Will (1934) karya sineas wanita Leni Riefenstahl, yang digunakan sebagai alat propaganda Nazi. Untuk kepentingan yang sama, Riefenstahl juga memproduksi film dokumenter penting lainnya, yakni Olympia (1936) yang berisi dokumentasi even Olimpiade di Berlin. Melalui teknik editing dan kamera yang brilyan, atlit-atlit Jerman sebagai simbol bangsa Aria diperlihatkan lebih superior ketimbang atlit-atlit negara lain.

Di Amerika, era depresi besar memicu pemerintah mendukung para sineas dokumenter untuk memberikan informasi seputar latar-belakang penyebab depresi. Salah satu sineas yang menonjol adalah Pare Lorentz. Ia mengawali dengan The Plow that Broke the Plains (1936), dan sukses film ini membuat Lorentz kembali dipercaya memproduksi film dokumenter berpengaruh lainnya, The River (1937). Kesuksesan film-film tersebut membuat pemerintah Amerika serta berbagai institusi makin serius mendukung proyek film-film dokumenter. Dukungan ini kelak semakin intensif pada dekade mendatang setelah perang dunia berkecamuk.
..
Perang Dunia Kedua mengubah status film dokumenter ke tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika bahkan meminta bantuan industri film Hollywood untuk memproduksi film-film (propaganda) yang mendukung perang. Film-film dokumenter menjadi semakin populer di masyarakat. Sebelum televisi muncul, publik dapat menyaksikan kejadian dan peristiwa di medan perang melalui film dokumenter serta cuplikan berita pendek yang diputar secara reguler di teater-teater. Beberapa sineas papan atas Hollywood, seperti Frank Capra, John Ford, William Wyler, dan John Huston diminta oleh pihak militer untuk memproduksi film-film dokumenter Perang. Capra misalnya, memproduksi tujuh seri film dokumenter panjang bertajuk, Why We Fight (1942-1945) yang dianggap sebagai seri film dokumenter propaganda terbaik yang pernah ada. Capra bahkan bekerja sama dengan studio Disney untuk membuat beberapa sekuen animasinya. Sementara John Ford melalui The Battle of Midway (1942) dan William Wyler melalui Memphis Belle (1944) keduanya juga sukses meraih piala Oscar untuk film dokumenter terbaik.

Era Pasca Perang Dunia

Pada era setelah pasca Perang Dunia Kedua, perkembangan film dokumenter mengalami perubahan yang cukup signifikan. Film dokumenter makin jarang diputar di teater-teater dan pihak studio pun mulai menghentikan produksinya. Semakin populernya televisi menjadikan pasar baru bagi film dokumenter. Para sineas dokumenter senior, seperti Flaherty, Vertov, serta Grierson sudah tidak lagi produktif seperti pada masanya dulu. Sineas-sineas baru mulai bermunculan dan didukung oleh kondisi dunia yang kini aman dan damai makin memudahkan film-film mereka dikenal dunia internasional. Satu tendensi yang terlihat adalah film-film dokumenter makin personal dan dengan teknologi kamera yang semakin canggih membantu mereka melakukan berbagai inovasi teknik. Tema dokumenter pun makin meluas dan lebih khusus, seperti observasi sosial, ekspedisi dan eksplorasi, liputan even penting, etnografi, seni dan budaya, dan lain sebagainya.

Sineas Swedia, Arne Sucksdorff menggunakan lensa telefoto dan kamera tersembunyi untuk merekam kehidupan satwa liar dalam The Great Adventure (1954); Oceanografer Jeacques Cousteau memproduksi beberapa seri film dokumenter kehidupan bawah laut, seperti The Silent World (1954); Observasi kota tampak melalui karya Frank Stauffacher, Sausalito (1948) serta Francis Thompson, N.Y., N.Y. (1957). Mengikuti gaya eksotis Flaherty, John Marshall memproduksi The Hunters (1956) mengambil lokasi di gurun Kalihari di Afrika. Lalu Robert Gardner memproduksi salah satu film antropologis penting, Dead Birds (1963) yang menggambarkan suku Dani di Indonesia dengan ritual perangnya. Di Perancis, beberapa sineas berpengaruh seperti Alan Resnais, Georges Franju, serta Chris Marker lebih terfokus pada masalah seni dan budaya. Resnais mencuat namanya setelah filmnya, Van Gogh (1948) meraih penghargaan di Venice dan Academy Award. Franju memproduksi beberapa film dokumenter berpengaruh seperti Blood of the Beast (1948) dan Hotel des invalides (1951). Sementara Marker memproduksi Sunday in Peking (1956) dan Letter from Siberia (1958).

Direct Cinema
..
Pada akhir 50-an hingga pertengahan 60-an perkembangan film dokumenter mengalami perubahan besar. Dalam produksinya, sineas mulai menggunakan kamera yang lebih ringan dan mobil, jumlah kru yang sedikit, serta penolakan terhadap konsep naskah dan struktur tradisional. Mereka lebih spontan dalam merekam gambar (tanpa diatur), minim penggunaan narasi dengan membiarkan obyeknya berbicara untuk mereka sendiri (interview). Pendekatan ini dikenal dengan banyak istilah, seperti “candid” cinema, “uncontrolled” cinema, hingga cinéma vérité (di Perancis), namun secara umum dikenal dengan istilah Direct Cinema. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya tren ini, yakni gerakan Neorealisme Italia yang menyajikan keseharian yang realistik, inovasi teknologi kamera 16mm yang lebih kecil dan ringan, inovasi perekam suara portable, serta pengisi acara televisi yang popularitasnya semakin tinggi. Pendekatan Direct Cinema terutama banyak digunakan sineas asal Amerika, Kanada, dan Perancis.

 
Di Amerika, pengusung Direct Cinema yang paling berpengaruh adalah Robert Drew, seorang produser yang juga jurnalis foto. Drew membawahi beberapa sineas dokumenter berpengalaman seperti, Richard Leacock, Don Pannebaker, serta David dan Albert Maysles. Drew memproduksi film-film dokumenter yang lebih ditujukan untuk televisi, satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah Primary (1960). Film ini menggambarkan kontes politik antara John Konnedy dan Hubert Humprey di Wisconsin. Drew bersama para asistennya merekam momen demi momen secara spontan. Secara bergantian kamera mengikuti kemana pun dua politisi tersebut pergi, di tempat kerja, bertemu publik di jalanan, berpidato, dan bahkan ketika tengah bersantai di hotel. Dalam perkembangan Leacock, Pannebaker, dan Maysles meninggalkan perusahaan milik Drew dan membentuk perusahaan mereka sendiri. Beberapa diantaranya memproduksi film-film dokumenter penting, seperti What’s Happening! The Beatles in New York (1964) arahan Maysles Bersaudara yang dianggap merupakan film dokumenter Amerika pertama tanpa penggunaan narasi sama sekali.

Di Perancis, salah satu pengusung cinéma vérité yang paling berpengaruh adalah Jean Rouch. Salah satu karyanya yang dianggap paling berpengaruh (bahkan di dunia) adalah Cronicle of a Summer (1961). Rouch berkolaborasi dengan sosiologis, Edgar Morin menggunakan pendekatan baru cinéma vérité, yakni tidak hanya semata-mata melakukan observasi dan bersimpati namun juga provokasi. “You push these people to confess themselves… it’s very strange kind of confession in front of the camera, where the camera is, let’s say, a mirror, and also a window open to the outside” ungkap Rouch. Dalam filmnya tampak Morin berdiskusi dengan pelajar serta para pekerja di Kota Paris tentang kehidupan mereka dengan melayangkan pertanyaan kunci, “Are you happy?”. Rouch membiarkan subyeknya mendefinisikan sendiri masalah mereka secara alamiah melalui performa mereka di depan kamera.
..
Sejak pertengahan 60-an, pengembangan teknologi kamera 16mm dan 35 mm yang semakin canggih serta ringan makin menambah fleksibilitas para pengusung Direct Cinema. Sejak awal 60-an, hampir semua sineas dokumenter telah menggunakan teknik kamera handheld untuk merekam segala peristiwa. Direct Cinema juga berpengaruh pada perkembangan film fiksi secara estetik melalui gerakan new wave, seperti di Perancis. Para sineas new wave seringkali menggunakan kamera handheld, pencahayaan yang tersedia, kru yang minim, serta shot on location. Bahkan film-film (fiksi) mainstream pun seringkali mengadopsi teknik Direct Cinema untuk menambah unsur realisme sebuah adegan. Pendekatan Direct Cinema secara umum berpengaruh perkembangan seni film di dunia terutama pada era 60-an dan 70-an.
..
 
Warisan Direct Cinema dan Perkembangannya Hingga Kini
 
Dalam perkembangannya, Direct Cinema terbukti sebagai kekuatan yang berpengaruh sepanjang sejarah film dokumenter. Berbagai pengembangan serta inovasi teknik serta tema bermunculan dengan motif yang makin bervariasi. Salah satu bentuk variasi dari Direct Cinema yang paling populer adalah “rockumentaries” (dokumentasi musik rock). Rockumentaries memiliki bentuk serta jenis yang beragam. Let it Be (1970) memperlihatkan grup musik legendaris The Beatles yang tengah mempersiapkan album mereka. Woodstock: Three Days of Peace & Music (1970) garapan Michael Wadleigh merupakan dokumentasi dari festival musik tiga hari di sebuah lahan pertanian yang menampilkan beberapa musisi rock papan atas. Woodstock sering dianggap sebagai film dokumenter musik terbaik sepanjang masa dan menjadi dasar berpijak bagi film-film dokumentasi sejenis berikutnya. Pada dekade mendatang, This is Spinal Tap (1984) merupakan sebuah parodi rockumentary yang terbukti paling sukses komersil pada masanya.

Tradisi Direct Cinema juga tampak pada film-film kontroversial karya Fredrick Wiseman. Film-filmnya banyak bersinggungan dengan kontrol sosial, berkait erat dengan birokrasi dan bagaimana masyarakat dibuat frustasi olehnya. Dalam film debutnya, High School (1968) memperlihatkan bagaimana para siswa berontak melawan birokrasi di sekolah mereka. Maysles Bersaudara memproduksi film “Direct Cinema” Amerika berpengaruh, Salesman (1966) yang menggambarkan seorang salesman yang gagal. Sejak era 70-an, format film dokumenter mulai berubah melalui kombinasi pendekatan Direct Cinema, kompilasi footage, narasi, serta iringan musik. Salah satu sineas yang mempelopori format kombinasi ini adalah Emile De Antonio melalui film anti perangnya, Vietnam: In the Year’s of the Pig (1969). Dalam perkembangannya format ini mendominasi gaya film dokumenter selama beberapa dekade ke depan. Munculnya format digital juga semakin memudahkan siapa pun untuk memproduksi film dokumenter. Kritik sosial dan politik, lingkungan hidup, serta keberpihakan kaum minoritas masih menjadi menu utama tema film dokumenter beberapa dekade ke depan.

 

Beberapa sineas dokumenter berpengaruh muncul selama periode 70-an hingga kini. Erol Morris memproduksi film-film dokumenter unik dengan tema dan subyek yang tak lazim, seperti Gates of Heaven (1978), The Thin Blue Line (1988), serta Mr. Death (2000). Barbara Kopple dikenal melalui filmnya bertema demonstasi buruh, yakni, Harlan County, USA (1976) dan American Dream (1990). Michael Moore gemar melakukan kritik sosial dan politik melalui film-filmnya Roger and Me (1989), Bowling for Columbine (2001), Fahrenheit 9/11 (2004) serta Sicko. Kevin Rafferty dikenal melalui film-filmnya seperti The Atomic Café (1982) dan The Last Cigarettes (1999). Pendekatan eksotis Flaherty juga masih tampak dalam film peraih Oscar, March of the Penguins (2005) yang tercatat sebagai film dokumenter terlaris sepanjang masa. Selama sejarah perkembangannya, film dokumenter terbukti dapat lebih manipulatif ketimbang film-film fiksi komersil. Film dokumenter melalui penyajian dan subyektifitasnya seringkali cenderung menggiring kita untuk memihak. Masalah etika dan moral selalu dipertanyakan. Sineas dokumenter seyogyanya tidak hanya mampu menyajikan fakta namun juga kebenaran.
 

Asal Muasal Kenapa Jarum Jam Bergerak Kearah Kanan

Bangsa-bangsa jaman dahulu punya cara yang berbeda-beda dalam pengenalan sistem waktu dengan perhitungan yang berbeda-beda.

Bangsa mesir menggunakan pergerakan matahari untuk melakukan perhitungan waktu. Mereka mendirikan sebuah tugu yang disebut obeliks.

Nah, ketika matahari bergerak maka bayangan dari obeliks tersebut juga akan bergerak, dari bayang-bayang itulah mereka mengukur waktu.

Matahari kan terbit dari timur, sedangkan Mesir berada di belahan dunia bagian utara maka ketika matahari bergerak bayangan dari tugu obeliks pun bergerak ke arah kanan.

Itulah alasan kuat mengapa akhirnya jarum jam dibuat bergerak dari kiri ke kanan, seandainya Mesir berada di belahan dunia bagian selatan mungkin kita akan melihat jarum jam bergerak ke arah kiri.
 
 

Sejarah dan Asal Usul Sarung Tangan Kiper

Bagaimana awal mula sarung tangan kiper? Menurut catatan Kantor Hak Paten Jerman, adalah seorang Inggris bernama William Sykes adalah orang pertama yang mendaftarkan hak paten atas sarung tangan kiper. Ini terjadi tahun 1885. Bahan yang terdapat pada sarung tangan kiper waktu itu hanyalah lapisan karet dari India.

Ironisnya, di tahun 60 hingga 70an, banyak kiper dari negara William Sykes yang kurang mengapresiasi sarung tangan. Kiper yang melindungi tangannya dengan aksesoris apapun dianggap penakut. Penjaga gawang legendaris seperti Peter Shilton, Gordon Banks, dan Ray Clemence lebih percaya diri bila menahan bola dengan tangan kosong. Luar biasa bukan?


Adalah hal yang aneh bila anda, penikmat sepakbola antara tahun 1960 hingga 70an, tidak pernah melihat seorang kiper yang meringis kesakitan karena tangannya serasa terbakar oleh tendangan keras lawan. Itu adalah jaman ketika pria adalah pria.


Beruntung, manusia punya teknologi. Hari-hari kelam para kiper yang tangannya kesakitan akhirnya berakhir sudah. Para produsen sarung tangan kiper telah melakukan berbagai inovasi selama 40 tahun lebih demi kenyamanan penjaga gawang. Seorang kiper hanya perlu mengkhawatirkan ukuran sarung tangan yang pas dan nyaman. Bahkan, tersedia sarung tangan yang khusus didesain hanya untuk latihan atau pertandingan saja.


Namun, selalu ada saja pertentangan. Mantan penjaga gawang Everton, Neville Southall, pernah mengatakan, “Saya benci sarung tangan modern. Desainnya terlalu besar dan tebal hingga susah bagi kiper merasakan bola. Seperti mengendarai mobil dengan memakai sarung tangan.”


Di era yang serba mudah ini, penjaga gawang tidak akan meninggalkan ruang ganti tanpa membawa tiga pasang sarung tangan dan perlengkapan lainnya. Kreasi dan inovasi teknologi sarung tangan kiper membantu mengembangkan teknik-teknik dasar dalam menjaga gawang. Para produsen berlomba menciptakan sarung tangan yang lebih aman bagi para penjaga gawang. Salah satunya adalah perlindungan untuk jari-jari supaya tidak tertarik ke belakang ketika menahan bola.


Saat ini ada berbagai jenis sarung tangan kiper yang menyesuaikan berbagai kondisi di lapangan. Pilihan sarung tangan yang tepat akan memberi kenyamanan. Kiper-pun akan lebih fokus mengamankan gawangnya.
 

Dulu Ada Republik Lan Fang di Indonesia

Kisahnya bermula di abad 18. Lan Fang berawal dari sebuah kongsi tambang orang Tionghoa dari etnis Hakka. Letaknya di Pontianak, Kalimantan Barat.

Penduduk Lan Fang saat itu semacam "negara di dalam negara". Republik Lan Fang berdiri pada tahun 1777, mereka masih membayar upeti tanda tunduk kepada Kesultanan Sambas dan Mempawah di Kalbar, tapi sehari-hari mereka sangat otonom. 


Karena tata pemerintahannya sangat demokratis dibandingkan kongsi-kongsi lain yang umumnya bergaya feodal, secara tak langsung Lan Fang pun mendapat julukan "republik." Diberi tanda kutip karena secara de facto, tidak ada pengakuan internasional kepada republik ini.

Meski, kenyataannya, syarat untuk terbentuknya sebuah republik telah terpenuhi. Tak cuma punya rakyat dan wilayah, Lan Fang rutin menghelat pemilu untuk memilih "presiden." Lan Fang juga memiliki sistem perekonomian, perbankan, dan Hukum sendiri. Republik ini mampu bertahan hidup selama 107 tahun.

Bendera Republik Lan Fang berbentuk empat persegi panjang berwarna kuning dengan lambang dan kalimat “Lan Fang Ta Tong Chi”. Panji kepresidenan berbentuk segi tiga berwarna kuning dengan kata “Chuao” ( Jenderal ). Pejabat tingginya berpakaian ala Tiongkok kuno, sedangkan yang berpangkat lebih rendah mengenakan pakaian ala barat.

Lo Fang Pak, seorang guru dari Kwangtung - Cina merupakan pendiri sekaligus Presiden pertama Republik Lan Fang yang berjasa menyatukan puluhan ribu orang Tionghoa yang saat itu berburu emas sampai ke Kalimantan Barat.
Presiden pertama Lan Fang Lo Fang Pak

Hebatnya, Republik Lan Fang kala itu sudah membangun jaringan transportasi, punya kitab undang - undang hukum, menyelenggarakan sistem perpajakan, mengembangkan sistem pendidikan, pertanian dan pertambangan, bahkan punya ketahanan ekonomi berdikari, lengkap dengan perbankannya.

Republik Lan Fang juga sangat disegani karena kemampuannya mengusir buaya di muara Kapuas. Bahkan setelah sukses membantu Sultan Kun Tien dalam perang melawan Kesultanan Mempawah dan kelompok Dayak, seluruh orang Tionghoa memilih berlindung pada Republik Lan Fang, termasuk Sultan Kun Tien sendiri.

Berbagai referensi juga menyebut kalau Lan Fang memiliki hubungan perdagangan yang disebut dengan segitiga emas. Yakni, menghubungkan antara Lan Fang, Tiongkok, dan negara di Semenanjung Malaysia, hingga Vietnam.

"Lemahnya kesultanan yang hanya tertarik dengan upeti membuat Lan Fang bebas bertransaksi dengan yang lain," tutur budayawan Xaverius Fuad Asali.

Setelah 47 tahun berdiri dan tercatat punya 10 Presiden yang dipilih lewat Pemilu, akhirnya Republik Lan Fang takluk di tangan penjajah Belanda.

Alkisah, pada 1884, Singkawang, Kalbar, wilayah dimana Lan Fang berada, menolak untuk dikuasai Belanda. Akibatnya, wilayah yang saat ini dijuluki Kota Seribu Kelenteng itu diserang. Warga setempat pun kocar-kacir setelah sempat bertahan selama empat atau lima tahun bertempur. Mereka melarikan diri ke Sumatera lantas ke Medan.
Beberapa kemudian melanjutkan pelarian hingga ke Singapura dan melanjutkan pembangunan. Dan, tentu beranak pinak. Salah satu keturunannya adalah mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew.

Susahnya Restorasi
Seperti dilansir JPNN, kini sedang diupayakan merestorasi kembali keberadaan Republik Lan Fang. Salah satunya, adalah situs lanfangchronicles.wordpress.co m yang tiga tahun ini sudah membuat pameran tentang Lan Fang di Singapura. Berbagai peninggalan Lan Fang telah pula direstorasi.

Mulai dari miniatur bentuk uang, menara perlindungan, lukisan-lukisan dan foto zaman dahulu, hingga membuat pagelaran puisi tentang perang kongsi. Pagelaran tersebut bahkan masuk menjadi agenda rutin Singapore Art Fest. Ironis memang, semua itu dilakukan oleh warga Singapura, bukan Indonesia sebagai pemilik sejarah.


Sayang, banyak arsip Republik Lan Fang yang dulu hilang. Menurut Soedarto - sejarawan Kalbar, arsip-arsip tentang Lan Fang sudah tidak ada lagi di tanah air. Termasuk juga arsip-arsip sejarah lainnya.

"Semuanya ada di luar, dibawa Raffles ke Inggris," katanya. Ia juga menyebutkan kalau arsip negara yang dibawa menuju Inggris mencapai 30 ton. Kalau pun masih berada di museum Royal London, penelusuran itu sangat sulit dilakukan.

Hilangnya arsip dari tanah air bukan hanya terjadi saat era penjajahan saja. Pasca kemerdekaan juga ada, prasasti dan arsip tersebut dijual dengan satu alasan: ekonomi. Soedarto menyebut barang berharga itu rela ditukar dengan rupiah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
 

6 Bangunan Megah Bersejarah Peninggalan Nazi Jerman

6 Bangunan Megah Bersejarah Peninggalan Nazi Jerman - Seperti yang diketahui bahwa NAZI Jerman suka membuat bangunan-bangunan yang besar dan megah. Prinsipnya mereka ingin diakui sebagai sebuah bangsa yang maju dan memiliki peradaban yang tinggi. NAZI dibawah kepemimpinan Adolf Hitler membangun bangunan megah dengan dilengkapi sarana dan prasarana yang medukung kegiatan militer. Setiap gedung dirancang dengan sistem pertahanan khusus apabila diserang oleh negara lain. Sebelum melihat bangunannya berikut ini adalah profil dari arsitek kebanggaan Adolf Hitler:

Konrad Hermann Albert Speer
Konrad Hermann Albert Speer (19 Maret 1905 – 1 September 1981) adalah seorang arsitek Jerman dan perwira Nazi, arsitek utama Adolf Hitler (1933–1945) dan menteri persenjataan (1942–1945). Ia adalah salah satu terdakwa dalam Peradilan Nuernberg.

Ia belajar teknik arsitektur di Universitas Karlsruhe, München dan Institut Teknologi Berlin dan lulus ujian pada tahun 1927 lalu menjadi asisten Heinrich Tessenow. Ia menghadiri pidato Partai Nazi pada tahun 1930 di balai bir Berlin dan bergabung dengan partai itu pada bulan Januari 1931.

Ia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara di Pengadilan Nürnberg, menghabiskan waktu-waktunya di penjara Spandau. Setelah bebas pada tahun 1966, ia menulis beberapa buku, yaitu : Erinnerungen (1969), Spandauer Tagebücher (1975), Der Sklavenstaat (1981)

 
Foto-foto dibawah ini adalah peninggalan jaman Nazi, dan masih ada sampai sekarang
 

1. Reichstag, German. Jaman Nazi
1. Reichstag, German. Jaman Sekarang
Gedung Reichstag dipakai untuk keperluan propaganda dan ketika Perang Dunia II berkecamuk untuk keperluan militer. Gedung ini juga dipertimbangkan untuk dirubah menjadi sebuah “Menara Flak” (tempat menaruh senjata anti udara dan tempat perlindungan), karena bentuknya yang cukup simetris. Tetapi setelah ditimbang dikatakan tidak cocok.

Gedung ini lalu juga tambah rusak karena serangan udara. Sewaktu Pertempuran Berlin pada 1945, gedung ini menjadi target utama Tentara Merah, meski alasannya kurang jelas. Sebab Reichstag tidak memiliki peran politik, militer atau strategis lagi. Sejatinya, kaum Nazi menelantarkan gedung ini. Foto termasyhur seorang prajurit Tentara Merah Uni Soviet yang mengibarkan bendera Palu-Arit di atap gedung ini, diambil pada 2 Mei 1945, beberapa hari setelah pasukan Tentara Merah merebut gedung ini.


2. Zeppelintribune, Nuremberg. Jaman Nazi
2. Zeppelintribune, Nuremberg. Jaman Sekarang

keterangan:
Lapangan parade di Nuremberg tempat pawai NAZI berlangsung. Tempat ini adalah tempat yang di pakai untuk pembuatan film propaganda NAZI yang berjudul “Triumph of the Will”.
 

3. Brandenburg Gate, German. Jaman Nazi
3. Brandenburg Gate, German. Jaman Sekarang
Salah satu yang sempat dibuat sebelum pecahnya perang dunia II adalah gerbang Brandenburg yang merupakan poros timur-barat kota Berlin.
 

4. Berlin Olympia Stadion, German. Jaman Nazi
4. Berlin Olympia Stadion, German. Jaman Sekarang
keterangan:
Tahap pertama dalam rancangan Albert Speer untuk membangun ulang kota Berlin adalah Stadion Olimpiade untuk Olimpiade musim panas 1936 yang dibuat oleh Werner March.
 

5. NAZI Germany Pavilion, France (sudah tidak ada sekarang)

Germany Pavilion
Paviliun Jerman dalam pameran Internasional di Paris tahun 1937 adalah salah satu maha karya dari Albert Speer. Paviliun tersebut letaknya berseberangan dengan paviliun Uni Soviet. Speer merancang paviliun Jerman dengan bentuk yang sangat megah sebagai kampanye melawan komunisme.
 

6. Volkshalle, German (Batal karena Perang Dunia II)
Volkshalle atau balai rakyat, yakni sebuah bangunan berkubah seperti Basilika Santo Petrus di Roma. Kubah bangunan tersebut sangat besar dengan tinggi 200m dan diameter sekitar 300m. Akan tetapi bangunan ini gagal dibuat karena pecahnya perang dunia II.

Seandainya NAZI menang perang, maka kota Berlin akan menjadi seperti ini :

Rancangan Kota:
Kota ini adalah impian Adolf Hitler, karena dalam perencanaannya terdapat Teori Nilai Runtuh yang akan meninggalkan bentuk reruntuhan yang estetis dalam jangka ribuan tahunke depan. Reruntuhan tersebut akan menjadi pengakuan kebesaran Dritte Reich atau kerajaan ketiga pimpinan Hitler, seperti halnya simbol kebesaran Yunani dan Romawi yang dilihat dari reruntuhan bangunannya.
 
 

10 Penjudi Yang Namanya Tercatat Dalam Sejarah

10 Penjudi Yang Namanya Tercatat Dalam Sejarah - Di hari ini , lebih banyak orang dan lebih dari semua lapisan masyarakat ,judi adalah sebagai bentuk hiburan dan sebagai cara untuk membuat cepat kaya. Dari selebriti yang bermain Texas hold’em hingga para pengusaha yang bermain di pasar saham, judi lebih populer dalam berbagai bentuk daripada sebelumnya, dan sekarang dapat dilihat 24 jam, 7 hari seminggu di Jaringan Poker, misalnya.

Tapi ini bukan artikel tentang penjudi hari ini, tapi tentang orang yang terkenal, penjudi yang disegani. Penjudi yang telah membuat namanya dalam buku-buku sejarah, penjudi yang dalam waktu dan tempat dalam masyarakat dianggap anggota penting dari komunitas mereka dan terkenal karena lebih dari hanya sebagai pen judi. Di sini adalah sepuluh besar dari mereka:

10. John Montague

John Montague tinggal di Inggris 1718-1792. Dia adalah seorang negarawan Inggris yang memegang peranan penting dan bergengsi baik di militer dan politik. Montague tidak memiliki reputasi terbaik, tetapi dikatakan bahwa sebagian besar sejarah menulis tentang Dia ditulis oleh musuh-musuh politiknya.

Tampaknya Montague, Earl Sandwich 4, akan meminta bawahannya untuk membawanya irisan daging antara dua potong roti selama duduk di meja kartu. Kebiasaan ini menjadi terkenal di antara teman-teman penjudi dan sehingga lahir lah kata ” sandwich ‘.

Montague berpendidikan, lulusan Cambridge, dan mengadakan sejumlah pos penting dalam hidupnya, namun ia adalah penemu dari kata sandwich yang menghasilkan dia berada di daftar ini. baca ” Hunger and Aces Make Culinary History” untuk melihat sejarah lengkap Sandwich.

9. John Aspinall
John Aspinall adalah di Marinir dan dididik di Oxford. Di sanalah Aspinall mulai tumbuh dan tertarik dalam perjudian.

dari hasil judinya Dia membeli Howler, sebuah mansion abad ke 18 dekat Canterbury, dengan kemenangan di tahun 1956. areal 9 hektar itu diisi kebun ,taman dan binatang yang menjadi kebun binatang pertamanya.

Dana dari perjudian sendiri dan bisnis kasino memungkinkan dia untuk membangun sebuah koleksi pribadi yang meliputi badak, antelop bongo, kuda dan macan tutul Kowalski. Di sini ia mengembangkan filsafat memperlakukan hewan dengan hormat. Dia mengumpulkan sebuah tim penjaga setia seperti hati dan bahkan menjual beberapa perhiasan dan harta lainnya membayar untuk memberi makan ternaknya. Meskipun mungkin tidak secara khusus yang dikenang sebagai anggota masyarakat yang disegani di militer atau dalam politik, reputasi Aspinall datang dalam bentuk cinta dan advokasi untuk binatang sehingga ia tercatat dalam sejarah.

8. Michael de Montaigne
Penjudi yang terkenal berikut adalah seorang penulis paling berpengaruh jaman Renaisans Perancis, Michael de Montaigne. Dia hidup antara tahun 1533-1592 dan dianggap lebih dari seorang negarawan daripada seorang penulis selama masa hidupnya.

Dia dianggap sebagai ayah dari apa yang kita sebut Skeptisisme modern sekarang ini. Pengaruhnya jauh-mencapai filsuf dan penulis besar seperti Ralph Waldo Emerson, René Descartes, Blaine Pascal, dan mungkin bahkan William Shakespeare. Montaigne banyak dipengaruhi oleh tulisannya, terutama bukunya, Essais yang berisi, sampai hari ini, beberapa esai yang paling banyak berpengaruh yang pernah ditulis.

7. Jerome Cardan
Ilmuwan Jerome Cardan yang hidup dari 1501-1576 adalah seorang matematikawan Renaisans Italia, dokter, dan penjudi. Dia terkenal karena prestasinya dalam aljabar. Dia adalah seorang penjudi dan juga pemain catur. Dia bahkan menulis sebuah buku tentang permainan kesempatan dalam bukunya, Liber de Ludo aleae (Buku pada Pertandingan Chance). Buku ini berisi pengobatan sistematis pertama probabilitas serta bagian tentang metode kecurangan yang efektif.

Dia menemukan banyak hal lain juga: kunci kombinasi, gimbal, dan poros Cardan, yang digunakan dalam kendaraan untuk hari ini. penelitian lain-Nya membantu untuk mengembangkan mesin cetak pertama berkecepatan tinggi. Dia juga membuat beberapa kontribusi hidrodinamika dan ia menerbitkan dua ensiklopedi ilmu alam.

6. René Descartes
Lain dihormati ilmuwan dan filsuf dari buku-buku sejarah yang menikmati perjudian adalah René Descartes yang tinggal 1596-1650. Awalnya Descartes memutuskan untuk membuat karier dari perjudian setelah sekolah hukum dan militer. Pilihan karir ini tidak berlangsung lama, tapi ia terus berjudi sepanjang hidupnya.

Dia telah dijuluki sebagai “Bapak Filsafat Modern.” Datang Descartes dengan pernyataan terkenal, “Aku berpikir, maka saya ada” Tidak hanya terdepan dalam filsafat., Descartes juga dianggap sebagai “Bapak Sains Modern.”

5. Charles II

Charles II mengembalikan monarki Inggris pada tahun 1660. Dia hidup dalam perjudian dan dikenal sebagai raja “riang” Permainan kesempatan. Menjadi fokus hidup di istana. Perjudian menyebar tidak hanya di Inggris tapi kenegara koloni kemudian ke Amerika Utara (di mana mereka menemukan bahwa orang-orang pribumi memiliki permainan mereka sendiri ). (Untuk informasi lebih lanjut tentang Perjudian di koloni-koloni Amerika Utara, membaca history.org ‘s Gambling: Apple-Pie American and Older than the Mayflower.”)

4. Casanova de Seingalt
Hari ini ketika kita berpikir tentang nama ‘Casanova’ kita cenderung untuk memikirkan seorang perempuan cantikr, namun Casanova adalah orang yang terkemuka dari masyarakat Eropa selama waktunya (tahun 1800). Casanova de Seingalt adalah seorang penjudi avid, serta pengacara, petualang dan penulis. Pada usia 21, Casanova ditetapkan menjadi penjudi profesional tapi segera berubah ke profesi lain kemudian mengklaim bahwa dia tidak memiliki kehati-hatian untuk “berhenti ketika kekayaan itu merugikan, atau melakukan pengendalian yang memadai atas diriku sendiri saat aku telah menang” (atau, seperti Kenny Rogers akan mengatakan, “tahu kapan harus hold’em, tahu kapan harus fold’em”).

Casanova bermain lotere, Faro, basset, Piquet, biribi, primero, quinze, dan main kartu kalangan bangsawan dan pejabat yang tinggi. Dia juga sangat religius, seorang Katolik yang saleh yang percaya dalam doa. Casanova’s sezaman mengira dia adalah orang yang luar biasa-ia adalah salah satu orang paling menonjol di zamannya. Pangeran Charles de Ligne pernah berkata bahwa Casanova adalah orang yang paling menarik yang pernah ditemuinya mengatakan, “tidak ada dalam dunia yang tidak mampu.”

3. Wild Bill Hickok
Legenda Amerika Wild Bill Hickok adalah orang yang dihormati pada masanya sebagai ‘wild’ Hickok memiliki reputasi sebagai orang terhormat., ia adalah seorang pahlawan perang, pramuka dan penegak hukum yang menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk melindungi yang lain dari kejahatan dan ketidakadilan.

Pada saat yang sama, ia adalah seorang penjudi dan dia adalah seorang fanatik tentang perjudian, terutama poker. Setelah ia tahu bahwa ia ditipu ia mengeluarkan Colt dan pisau dan menantang orang tersebut dengan mengatakan, “take the pot.” Tragisnya., Hickok tewas ketika ia bergabung dengan sebuah permainan poker dan sekelompok konspirator yang merencanakan kematiannya dan ia ditembak.

Konon ia mengembangkan banyak musuh ketika ia bergabung dengan General Jim Lane “Red Legs” yang main hakim sendiri kelompok yang bertujuan untuk menghapuskan perbudakan di selatan. Dia ditembak di bagian belakang kepala dengan revolver kaliber 0,45 dan ketika Hickok terjatuh di kursinya dan kartu nya jatuh ke lantai ditangannya ia memegang kartu sepasang as dan sepasang delapan dan menjadi terkenal dikalangan penjudi dengan ‘Dead Man’s Hand.’

2. Fyodor Dostoyevsky

Salah satu novelis paling berpengaruh dalam sejarah Rusia, Dostoevsky adalah seorang penjudi yang menulis dua novel terkenal, Kejahatan dan Hukuman dan The Gambler. Menurut legenda, Dostoyevsky menulis bagian terakhir dari Kejahatan dan Hukuman dalam hitungan hari dalam rangka untuk mencari uang muka dari penerbitnya untuk melunasi hutang perjudian.

Dia mencintai permainan terutama kesempatan dan menemukan inspirasi besar bagi novel dan cerita-cerita dari efek dan psikologi kecanduan dan risiko yang dia alami dari hidupnya sebagai penjudi.

1. Claude Monet
Claude Monet menggunakan kemenangan untuk keluar dari pekerjaannya sebagai utusan dan memfokuskan diri pada melukis, menjadi pelopor Impresionisme Perancis. Pada tahun 1891 ia memenangkan lotre sekitar $ 13,450 di Perancis dan kemenangan itu adalah sebagai tiket tidak hanya untuk Monet, tetapi untuk dunia. Mungkin kalau Claude Monet tidak membuat taruhan, dunia akan dikurangi beberapa potongan seni terbesar yang pernah ia lukis.
 

Sejarah Singkat Skateboard dan Proses Pembuatannya

Sejarah Singkat Skateboard dan Proses Pembuatannya - Skateboard pertama kali ditemukan pada pertengahan tahun 1950, seiring dengan perkembangan era surfing di daerah California, Amerika Serikat. Pertama kali muncul, skateboard masih diciptakan oleh tangan manusia dan terbuat dari kayu yang gabungkan dengan ban sepatu roda dan disambungakan oleh trucks dari sepatu roda juga yang sangat tebal dan berat. Pada saat itu orang juga belum mengenal nama ‘skateboard’, melainkan ‘sidewalk surfing’. Masa-masanya dimulai ketika Marty McFly menggunakannya dalam sebuah film yang berjudul “Back To The Future”, disini Marty menggunakan media skateboard sebagai alat transportasinya.
Pertengahan tahun 1960, skateboard menjadi permainan yang cukup mainstream di Amerika. Dua buah brand, yaitu Hobie dan Makaha melihat celah tersebut dan mulai memproduksi skateboard, jadi para penikmat permainan ini tidak perlu lagi bersusah payah untuk membuat skateboard. Mereka dapat membeli langsung dan langsung memainkannya. Popularitas skateborad mulai meningkat ketika sebuah majalah lokal yang membahas permainan ini mulai terbit, yaitu Skateboarder Magazine. menjadi sebuah media yang sangat membantu para skateboarder untuk lebih mengetahui secara lengkap mengenai hal ini. Makaha sebagai salah satu brand pada waktu itu benar-benar mengeruk keuntungan yang luar biasa, yaitu sebanyak 4 juta dolar Amerika dalam jangka aktu dua tahun saja (1963-1965).
Second generation
Awal tahun 1970, Frank Nasworthy memulai kariernya di dunia skateboard dnegan merancang skateboard dengan bahan polyurethane yang lebih tenar dengan nama “Cadillac”. Melihat kejayaan skateboard, maka semakin banyak perusahaan-perusahaan yang saling berlomba-lomba untuk menjadikan lahan ini sebagai ladang bisnis mereka. Salah satunya ialah Tracker Trucks yang berdiri pada tahun 1976. Skateboard yang dihasilkannya pun jauh lebih bagus dari skateboard yang sebelumnya di pasaran, Banana Board menjadi papan yang cukup menjadi trend pada saat itu, bentuknya yang ringkas dan elastis membuat papan yang satu ini laris di pasaran. Belum lagi permainan warna dan desain yang sangat menarik yang terdapat pada papan tersebut. Kejayaan tersebut memang tidak bertahan lama, biaya yang sangat besar untuk membuat skate park menjadi sebuah masalah pada era tersebut, dan akhirnya pada awal tahun 1980 skateboard mulai tidak terdengar lagi beritanya.
Third generation
Setelah menghilang selama lumayan lama, skateboard mulai bangkit lagi pada pertengahan tahun 1980. Pada era ini banyak skateboarders yang mulai kreatif dan memiliki dana yang cukup sehingga mereka mampu membuat vert ramp yang menjadi lahan untuk bermain skateboard. Jika pada awalnya para skateboarder hanya bermain dengan cara meluncur saja, maka sudah saatnya para pemain tersebut berterima kasih kepada Alan Gelfand. Alan adalah orang yang pertama kali menemukan teknik ollie, maka dari itu namanya lebih banyak dikenal dengan sebutan Alan “Ollie” Gelfand.

Setelah Alan Gelfand, maka kini giliran Rodney Mullen yang memberikan sentuhan baru pada dunia skateboard. Mullen menciptakan sebuah gaya baru yang cukup ekstrim yaitu freestyle skating yang merupakan langkah awal dari modern skateboard. Gaya-gaya seperti flatground ollie, the ollie kickflip, the heelflip dan 360 flip merupakan ciptaannya karena bosan dengan gaya yang itu-itu saja. Setelah itu barulah gaya-gaya yang lainnya tercipta seperti with short noses, slide rails dan large soft wheels.

Bosan dengan skatepark, maka para skateboarder mulai mencari sesuatu yang lebih menantang, hingga akhirnya sarana umum seperti tempat perbelanjaan, trotoar dan taman kota menjadi ladang bagi mereka. Gaya permainan mereka yang cukup ekstrim akhirnya mendapat perhatian yang ekstra ketat dari pihak berwajib, dari terguran hingga sanksi yang berat menjadi hal yang harus diterima oleh para skaters yang tertarngkap. Namun itu semua tidak membuat jera mereka, bahkan di beberapa negara akhirnya mulai mengikuti cara bermain seperti itu bahkan di Indonesia sendiri pun juga ikut terjangkit virus tersebut.
The Fourth Generation
Papan skate pun mulai menunjukan perubahannya kembali. Lebar papan kini mencapai 8 inci dengan panjang 30 sampai 32 inci dengan ban yang terbuat dari polyurethane. Steve Caballero menjadi salah satu pelopor pada era ini. Selain bentuk papan baik itu desain, gaya para skaters pun terlihat lebih menarik dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Gaya berpakaian mereka secara tidak langsung juga terinspirasi oleh musik-musik yang biasa didengarkan para skaters, mulai dari black music hingga musik cadas. Celana jeans yang dipadukan dengan t-shirt menjadi salah satu pilihan wajib.
Foto-foto dibawah adalah Proses Pembuatan Papan Skateboard

Mesin pres buat pres papan skate gan. Langsung 5 papan sekaligus. Itulah sebabnya terkadang kita waktu membeli terdapat kesamaan persis sama papan yang lainnya.
Ruang buat pendinginan papan skate sebelum dipotong menjadi bentuk-bentuk tertentu.
Tahap pengeboran papan skate. Tahap pengeboran ini dioprasikan dengan komputer. Sehingga bisa tahu seberapa basis roda untuk setiap papan skate.
Tahap pemotongan papan skate. Proses inipun juga sudah ada cetakannya gan.
Tahap pembuatan lengkungan papan. Pada tahap ini seorang pembuat memerlukan waktu 12 detik buat menyelesaikannya.
Tahap pengamplasan papan skate. Tahap ini dilakukan agar papan skate kelihatan mulus.
Tahap pemberian logo merk. Pada tahap ini, pemberian logo merk dilakukan dengan menggunakan laser.
Tahap pewarnaan. Pada tahap ini pula harus menggunakan mesin. Biar cepet beres kali ya.
Sudah setengah jadi nih.
Tahap pengepakan. Pada tahap ini papan skate sudah siap untuk dipasarkan.
 
 
© Copyright 2011 Dicoba dulu baru tau ! All Rights Reserved.
Template by Creating Website
powered by Blogger
Bloggers - Meet Millions of Bloggers My Ping in TotalPing.com My Zimbio