7 Wanita Paling Unik di Dunia

1. Maria Jose Cristerna (Wanita Vampir)
Maria Jose Cristerna, ibu empat anak asal Meksiko mengambil jalan yang tidak lumrah bahkan terlalu kejam untuk ditiru. Cristerna, demikian nama kecilnya mengubah penampilannya dengan merajah seluruh tubuhnya dan memasang titanium di bawah kulit muka dan dahinya untuk membuat kesan seperti tanduk. Wanita menikah di usia 17 itu pun dijuluki “Wanita Vampir”. Ia bahkan mengaku mulai terobsesi dengan tato setelah jadi korban kekerasan domestic. “Tato merupakan bentuk pembebasan bagi saya,” ujar Cristerna. Wanita berusia 35 tahun tersebut juga mengubah giginya untuk menciptakan taring panjang guna melengkapi penampilannya.
 
2. Elaine Davidson (Memiliki 6925 Tindikan)
Elaine Davidson, wanita asal Brazil yang menerima gelar The Most Pierced Woman dari Guinness Book of Record pada Mei 2000 silam, kembali jadi sorotan. Bukan karena memiliki 6925 tindikan di tubuhnya, termasuk 1.500 tindikan internal Pada tahun 2000, Elaine memiliki 462 tindikan di tubuhnya, termasuk 192 di wajahnya. Namun jumlah tindikannya kini sudah mencapai 6925 tindikan, termasuk tindikan di bagian ‘vital’. Pada Februari 2009 yang lalu, mantan perawat kelahiran Brazil ini mengaku sudah merasakan sakit dari seni piercing yang dia sukai ini, sehingga dia pun tidak mau lagi menambah jumlah tindikan di badannya. Kendati demikian dia tidak pernah mencopot atau pun menghilangkan satu pun cincin dan gelang yang menempel di tubuhnya tersebut, yang diperkirakan telah mencapai berat total sekitar tiga kilogram
 
3. Bae Dal Mi (Tak Pernah Cuci Muka)
Bae-Dal-mi. Seorang gadis berusia 20 tahun asal korea. Kebiasaan ini bermula ketika dirinya jatuh cinta dengan make-up pada usia 14 tahun. Semenjak itu, dari waktu ke waktu make-up yang digunakannya semakin tebal. Dia mengatakan bahwa benda yang paling penting dalam hidupnya adalah cermin. “Saya selalu melihat kedalam cermin dan membawanya setiap saat,” ujarnya pada sebuah acara variety show di korea. Meskipun dirinya termasuk cantik tanpa make-up, ia tetap merasa tidak puas dengan penampilannya “Saya ingin melakukan operasi plastik di 10 tempat,” ungkapnya.
 
4. Staysha Randall (Memiliki Tindikan 3200)
Staysha Randall,Umur 22 tahun punya kaki tangan dan punggungnya ditembus oleh 3.200 jarum kekuatan industri, dalam rangka untuk menciptakan rekor Guinness baru, di Las Vegas. Staysha, Las Vegas pemain yang biasanya melakukan tindakan melarikan diri dan menunjukkan bahan tertawaan di mana ia menunjukkan kekuatan fisiknya berangkat untuk memecahkan rekor lama 3.100 jarum terjebak dalam satu orang, hanya dalam satu duduk. Dia dan tubuh penindik ‘Bahaya’ Bill Robins pertama ditetapkan untuk mencapai tanda jarum 3.600, tapi rasa sakit itu Staysha ternyata begitu besar menyebutnya berhenti setelah ditusuk dengan 3.200 gauge 18-, jarum 1,5-inci panjang
 
5. Ji Hyun (Tak Pernah Gosok Gigi)
Ji Hyun Ji. Gadis berusia 20 tahun yang menjadi bintang di acara Mars Virus program televisi paling populer di Korea Selatan ini mengaku tak pernah lagi menggosok giginya sejak 10 tahun lalu.“Saya tidak mengerti mengapa orang harus sikat gigi, karena toh orang lain tak bakal melongok ke dalam mulut Anda,” kata Ji Hyun Ji, santai. “Bagi saya, tumpukan sisa makanan justru benar-benar akan melindungi gigi saya.”Terakhir kali ia ingat melakukannya ketika ibunya menggosok giginya saat berusia 10 tahun . Sehari-hari, dia hanya menyeka gigi depannya .
 
6. Cindy Jackson (Melakukan Operasi Plastik Terbanyak)
Sepintas kecantikan Cindy Jackson terlihat alamiah di usia yang tak lagi muda, 55. Namun kemolekannya ia peroleh lewat prosedur ekstrim dengan 52 kali permak wajah dan tubuh. Cindy kini memegang rekor operasi plastik terbanyak di dunia. “Saya tidak berambisi memecahkan rekor apapun. Saya hanya melakukannya untuk mendapat tubuh cantik yang alami,” ia menuturkan dalam sebuah tayangan di stasiun televisi ABCNews. Cindy mengungkapkan selama puluhan tahun ia melakukan 14 operasi plastik penuh, botox, operasi mata atas dan bawah. Dia juga menjalani pengambilan lemak perut (liposuction)dan suntik kolagen di tangan. Untuk semua operasi yang ia lakukan, Cindy harus merogoh kocek hingga US$ 100 ribu atau setara Rp858 juta. Merasa berpengalaman keluar-masuk meja operasi, ia lalu mengklaim diri sebagai seorang konsultan ahli anti-penuaan. “Selama proses itu saya mendapatkan pengetahuan berharga tentang operasi yang bagus dan tidak. Mengapa operasi kadang-kadang tidak sukses, serta rahasia mencapai hasil terbaik, aman dan paling efektif,” tulisnya dalam website pribadinya. Wanita asal Ohio ini mengakui, latar belakang ayah yang pemarah serta rasa rendah diri membuatnya bertekad mengubah diri. Sejak belia, ia merasa tubuhnya jelek. “Saat usia 14, ada komentar mengenai senyum saya sehingga membuat saya serasa ingin mengubahnya.”
 
7. Julia Gnuse (Tato Seluruh Tubuh)
Cewek Tato Full Body Masuk Guinness Book, Julia Gnuse asal California, masuk Guinness Book of Records karna mentato 95% tubuhnya. Julia Gnuse awalnya mentato tubuhnya karna penyakit kulit yang dideritanya, Penyakit yang disebut Porfiria ini membuat kulitnya mudah rusak jika terkena sinar matahari, dan untuk menutupinya cewek ini mulai mentato tubuhnya. Sekarang tubuh Julia Gnuse 95% tertutup Tato, mulai dari Mickey Mouse,Kizz Band, The Beatles, dan beragam tato lainnya. Sekarang tubuhnya bagai canvas hidup Pop Art sehingga wanita ini dianugerahi penghargaan
 

6 Miniatur Kereta Api Terbesar di Dunia

1. Wunderland ‘“ Hamburg ‘“ Germany
winderland-model-rail
Model kereta api ini mengambil 500.000 jam kerja dan membentang lebih dari 4 km² dengan rencana untuk meningkatkan ini untuk 6km ² pada tahun 2014. Jalur kereta api model berlangsung selama 9km dengan biaya sebesar 7,3 juta Euro.

2. Loxx Model railway

loxx-model-train
loxx-model-railway
Dinamakan Loxx , karena kata Loks dalam bahasa Jerman berarti lokomotif. Miniatur kereta api ini mengambil lebih dari 200.000 jam kerja untuk membuat nya dan memiliki 4.15km jalur.
 

3. Gainsborough Model Railway

gainsboroug-model-railway-hilljpg
gainsborough-station
Hal ini dijelaskan sebagai salah satu model kereta api terbesar di 'gauge O' dan menggambarkan East Coast Main Line dari London King Cross (Inggris) ke Leeds Tengah. Jalur kereta api berlangsung selama 0.8km (1 / 2 mil) dan membutuhkan setidaknya 10 operator untuk menjalankannya dengan sukses.

4. Toggenburg Model Railway

Ini adalah tipe terbesar di Eropa 'kereta api model O' dan terletak di kota Lichtensteig di Swiss.
Toggenburg model kereta api membanggakan 1.2km dari lagu di atas lahan 500 kuadrat.
 

5. Northlandz Model Railway

Northlandz adalah miniatur kereta api terbesar di dunia dan mengambil 25 tahun dedikasi yang jelas dari melihat foto-foto. Memiliki 8 mil jalur dan apa yang bahkan lebih mengesankan adalah bahwa ia memiliki lebih dari 4.000 bangunan dan 1 / 2 juta pohon!
 

6. Sierra Pacific lines by Pasadena Model Railroad Club

Sierra Pasifik baris memiliki 30.000 kaki tangan diletakkan lagu baja dan merupakan yang terbesar 'model kereta api HO' di dunia. Model kereta api ini dimulai pada tahun 1940 dan dari ujung ke ujung yang diperlukan kereta satu jam untuk menyelesaikan rute
 

Gadis Cantik yang Mirip Boneka

Ada tren baru dalam bergaya. Baru-baru ini salah satunya adalah gaya yang mirip boneka. Seperti 7 gadis berikut ini yang bergaya mirip sekali dengan boneka. Kalian ingin tahu siapa saja mereka? simak ulasanya berikut ini!

1. Dakota Rose
Gadis berusia 16 tahun ini sangat mirip sekali dengan boneka Barbie, kemiripanya yang luar biasa ini mengakibatkan Dakota Rose sangat terkenal di berbagai negara seperti Jepang dan China dimana dia telah di beritakan di berbagai media di sana.

2. Venus Palermo
Gadis berusia 15 tahun asal London ini sangat terobsesi sekali tampil seperti boneka. Karena kecintanya dengan bergaya mirip boneka Venus Plermo mengungah video di youtube memberitahukan bagaimana caranya untuk bisa tampil seperti boneka dan video itupun banyak di lihat pengemarnya dan penguna youtube mendadak video Venus Palermo menjadi terkenal di Youtube.

3. Lily Coles
Model dan aktris Lily Coles terkenal dengan wajah bonekanya porselen.

4. Lin Ke Tong
Lin Ke Tong Lahir pada tanggal 20 September 1988, Lin Ke Tong adalah Model Iklan dan memiliki tinggi 172 cm.

5. Alodia Gosiengfiao
Alodia Gosiengfiao adalah pemenang penghargaan Cosplayer yang berbasis di Filipina dia menjadi terknal dengan gayanya yang tampil mirip sekali dengan boneka. Alodia Gosiengfiao meulai dunia cosplayersejak tahun 2003 dan mulai mengikuti kompetisi cosplayer ketika umurnya 18 tahun.

6. Wang Jiayun
Gadis cantik sma asal China ini telah terkenal di internet Korea karena berpenampilan seperti boneka. Wang Jiayun memiliki tinggi 164 cm dan berat 42 kg. Lahir di Kowloon, Hong Kong SAR, dia saat ini tinggal di Shenzhen, provinsi Guangdong, Cina.

7. Charlotte Hothman
Gadis berusia 24 tahun ini sangat terobsesi sekali dengan boneka barbie . Charlotte Hothman setidaknya telah menghabisakan £ 10.000 untuk bedah plastik agar bisa terlihat seperti barbie ia telah oprasi hidung, suntik kolagen pada bibir dan mengecat rambutnya pirang untuk berubah menjadi Barbie.
 
 

Tindikan Tubuh Paling Extreme di Dunia

Hiasan pada tubuh (manusia) berupa penyematan benda (terutama dari logam, tetapi dapat pula tulang, gigi, atau tanduk) berbentuk tertentu secara semi permanen atau permanen dengan cara ditembuskan pada kulit. Pada masyarakat modern, kebanyakan alasan orang mengenakannya adalah untuk perhiasan (ornamental), meskipun praktik tradisional pada masyarakat tertentu sering kali memiliki makna ritual keagamaan atau sosial.
Oleh kalangan punk atau gerakan pasca modern lainnya seperti grunge dan alternative, tindik tubuh dapat menjadi simbol pemberontakan atas kemapanan. Alasan lainnya adalah untuk kepuasan seksual. Bagian tubuh yang disemat tindik yang paling banyak dikenal orang adalah bagian bawah daun telinga. Tindik ini secara khusus diberi nama anting-anting. Tapi Coba anda tengok tindikan berikut ini dijamin ente bakalan kaget.
Langsung saja:

Salah satu paling sering diajukan-tentang anggota komunitas modifikasi BME adalah "Fishmaul"("Fishmouth") atau "Zygzag", yang dikatakan untuk memakai colokan besar di pipi tindikan membentang.

Pada 4 Maret 2006, Kam Ma menghabiskan 7 jam dan 55 menit yang ditembus oleh Charlie Wilson di Art Tubuh Sunderland di Inggris. Ketika tubuh terpanjang dunia menusuk sesi berakhir, Charlie Wilson telah menembus Kam Ma rekor 1.015 kali, semua tanpa menggunakan obat bius.


Brent Moffatt dari Winnipeg, Kanada, ditusuk dengan jarum bedah sendiri untuk menciptakan rekor Guinness untuk tindikan tubuh yang paling, di Montreal, 13 Desember 2003. Moffatt dimasukkan 900 jarum ke kakinya untuk memecahkan rekor sebelumnya 702 tindikan.


Dalam sebuah aksi publisitas aneh, Dr Wei Sheng ditusuk jarum dekoratif 2008 di kepalanya, wajah, tangan dan dada dalam lima warna cincin Olimpiade. Aksi dr Sheng bukan pertama kalinya dia mendapatkan ketenaran untuk menempelkan pin dalam tubuhnya. Pada tahun 2004 dia mendapatkan Guinness World Record setelah menusuk jarum 1790 ke dalam kepalanya.


Orang ini adalah Rafa Gnomo, ia harus menjadi orang gila untuk memiliki bibir dimodifikasi aneh dan gila.

 
 
 

5 Cara Mandi Teraneh di Dunia

1. Curry Bath
Foto menunjukkan seorang anak laki-laki menikmati kari air panas di Prefektur Kanagawa di Jepang. Menurut bos dari pusat air panas, mandi seperti ini dapat meningkatkan sirkulasi darah dan melindungi kulit kita.

 
2. Petroleum Bath
Saya rasa ini adalah yang paling berbahaya mandi. Pastikan tidak ada api di kamar mandi ketika Anda mengalami Petroleum Bath. Pria dalam foto di atas adalah minyak bumi menikmati mandi di sebuah sanatorium di Naftalan, Azerbaijan. Dikatakan bahwa jenis minyak ini penuh dengan belerang dan sangat efektif dalam pertahanan terhadap arthritics dan penyakit kulit.

 
3. Red Wine Bath
I love this one! Foto menunjukkan pelayan menuangkan anggur sebotol anggur Perancis ke mandi air panas di Hakone Kowakien, Jepang. Jika Anda tidak keberatan anggur merah makin kotor, Anda dapat minum anggur merah sambil menikmati mandi, toh aku tidak akan melakukannya.

 
4. Soil Bath
Di Pulau Kyushu Jepang, orang menaruh seluruh tubuh mereka ke dalam tanah untuk menikmati mandi tanah. Dikatakan bahwa SPA semacam ini dapat mendorong tubuh kita untuk melepaskan keringat. Sounds good!

 
5. Beer Bath
Dalam situs air panas di Hakone, di Prefektur Kanagawa, Jepang, orang-orang menikmati bir air panas. Jadi, jika Anda tidak suka anggur merah dan lebih suka bir, tipe ini untuk Anda.
 

Asal Usul Sejarah Film Dokumenter di Dunia

Film dokumenter tidak seperti halnya film fiksi (cerita) merupakan sebuah rekaman peristiwa yang diambil dari kejadian yang nyata atau sungguh-sungguh terjadi. Definisi “dokumenter” sendiri selalu berubah sejalan dengan perkembangan film dokumenter dari masa ke masa. Sejak era film bisu, film dokumenter berkembang dari bentuk yang sederhana menjadi semakin kompleks dengan jenis dan fungsi yang semakin bervariasi. Inovasi teknologi kamera dan suara memiliki peran penting bagi perkembangan film dokumenter. Sejak awalnya film dokumenter hanya mengacu pada produksi yang menggunakan format film (seluloid) namun selanjutnya berkembang hingga kini menggunakan format video (digital). Berikut adalah ulasan singkat mengenai perkembangan sejarah film dokumenter dari masa ke masa.
..
Era Film Bisu

 
Sejak awal ditemukannya sinema, para pembuat film di Amerika dan Perancis telah mencoba mendokumentasikan apa saja yang ada di sekeliling mereka dengan alat hasil temuan mereka. Seperti Lumiere Bersaudara, mereka merekam peristiwa sehari-hari yang terjadi di sekitar mereka, seperti para buruh yang meninggalkan pabrik, kereta api yang masuk stasiun, buruh bangunan yang bekerja, dan lain sebagainya. Bentuknya masih sangat sederhana (hanya satu shot) dan durasinya pun hanya beberapa detik saja. Film-film ini lebih sering diistilahkan “actuality films”. Beberapa dekade kemudian sejalan dengan penyempurnaan teknologi kamera berkembang menjadi film dokumentasi perjalanan atau ekspedisi, seperti South (1919) yang mengisahkan kegagalan sebuah ekspedisi ke Antartika.

 
Tonggak awal munculnya film dokumenter secara resmi yang banyak diakui oleh sejarawan adalah film Nanook of the North (1922) karya Robert Flaherty. Filmnya menggambarkan kehidupan seorang Eskimo bernama Nanook di wilayah Kutub Utara. Flaherty menghabiskan waktu hingga enam belas bulan lamanya untuk merekam aktifitas keseharian Nanook beserta istri dan putranya, seperti berburu, makan, tidur, dan sebagainya. Sukses komersil Nanook membawa Flaherty melakukan ekspedisi ke wilayah Samoa untuk memproduksi film dokumenter sejenis berjudul Moana (1926). Walau tidak sesukses Nanook namun melalui film inilah pertama kalinya dikenal istilah “documentary”, melalui ulasan John Grierson di surat kabar New York Sun. Oleh karena peran pentingnya bagi awal perkembangan film dokumenter, para sejarawan sering kali menobatkan Flaherty sebagai “Bapak Film Dokumenter”.
..
Sukses Nanook juga menginspirasi sineas-produser Merian C. Cooper dan Ernest B. Schoedsack untuk memproduksi film dokumenter penting, Grass: A Nation's Battle for Life (1925) yang menggambarkan sekelompok suku lokal yang tengah bermigrasi di wilayah Persia. Kemudian berlanjut dengan Chang: A Drama of the Wilderness (1927) sebuah film dokumenter perjalanan yang mengambil lokasi di pedalaman hutan Siam (Thailand). Eksotisme film-film tersebut kelak sangat mempengaruhi produksi film (fiksi) fenomenal produksi Cooper, yaitu King Kong (1933). Di Eropa, beberapa sineas dokumenter berpengaruh juga bermunculan. Di Uni Soviet, Dziga Vertov memunculkan teori “kino eye”. Ia berpendapat bahwa kamera dengan semua tekniknya memiliki nilai lebih dibandingkan mata manusia. Ia mempraktekkan teorinya melalui serangkaian seri cuplikan berita pendek, Kino Pravda (1922), serta The Man with Movie Camera (1929) yang menggambarkan kehidupan keseharian kota-kota besar di Soviet. Sineas-sineas Eropa lainnya yang berpengaruh adalah Walter Ruttman dengan filmnya, Berlin - Symphony of a Big City (1927) lalu Alberto Cavalcanti dengan filmnya Rien Que les Heures.

Era Menjelang dan Masa Perang Dunia
..
 
Film dokumenter berkembang semakin kompleks di era 30-an. Munculnya teknologi suara juga semakin memantapkan bentuk film dokumenter dengan teknik narasi dan iringan ilustrasi musik. Pemerintah, institusi, serta perusahaan besar mulai mendukung produksi film-film dokumenter untuk kepentingan yang beragam. Salah satu film yang paling berpengaruh adalah Triump of the Will (1934) karya sineas wanita Leni Riefenstahl, yang digunakan sebagai alat propaganda Nazi. Untuk kepentingan yang sama, Riefenstahl juga memproduksi film dokumenter penting lainnya, yakni Olympia (1936) yang berisi dokumentasi even Olimpiade di Berlin. Melalui teknik editing dan kamera yang brilyan, atlit-atlit Jerman sebagai simbol bangsa Aria diperlihatkan lebih superior ketimbang atlit-atlit negara lain.

Di Amerika, era depresi besar memicu pemerintah mendukung para sineas dokumenter untuk memberikan informasi seputar latar-belakang penyebab depresi. Salah satu sineas yang menonjol adalah Pare Lorentz. Ia mengawali dengan The Plow that Broke the Plains (1936), dan sukses film ini membuat Lorentz kembali dipercaya memproduksi film dokumenter berpengaruh lainnya, The River (1937). Kesuksesan film-film tersebut membuat pemerintah Amerika serta berbagai institusi makin serius mendukung proyek film-film dokumenter. Dukungan ini kelak semakin intensif pada dekade mendatang setelah perang dunia berkecamuk.
..
Perang Dunia Kedua mengubah status film dokumenter ke tingkat yang lebih tinggi. Pemerintah Amerika bahkan meminta bantuan industri film Hollywood untuk memproduksi film-film (propaganda) yang mendukung perang. Film-film dokumenter menjadi semakin populer di masyarakat. Sebelum televisi muncul, publik dapat menyaksikan kejadian dan peristiwa di medan perang melalui film dokumenter serta cuplikan berita pendek yang diputar secara reguler di teater-teater. Beberapa sineas papan atas Hollywood, seperti Frank Capra, John Ford, William Wyler, dan John Huston diminta oleh pihak militer untuk memproduksi film-film dokumenter Perang. Capra misalnya, memproduksi tujuh seri film dokumenter panjang bertajuk, Why We Fight (1942-1945) yang dianggap sebagai seri film dokumenter propaganda terbaik yang pernah ada. Capra bahkan bekerja sama dengan studio Disney untuk membuat beberapa sekuen animasinya. Sementara John Ford melalui The Battle of Midway (1942) dan William Wyler melalui Memphis Belle (1944) keduanya juga sukses meraih piala Oscar untuk film dokumenter terbaik.

Era Pasca Perang Dunia

Pada era setelah pasca Perang Dunia Kedua, perkembangan film dokumenter mengalami perubahan yang cukup signifikan. Film dokumenter makin jarang diputar di teater-teater dan pihak studio pun mulai menghentikan produksinya. Semakin populernya televisi menjadikan pasar baru bagi film dokumenter. Para sineas dokumenter senior, seperti Flaherty, Vertov, serta Grierson sudah tidak lagi produktif seperti pada masanya dulu. Sineas-sineas baru mulai bermunculan dan didukung oleh kondisi dunia yang kini aman dan damai makin memudahkan film-film mereka dikenal dunia internasional. Satu tendensi yang terlihat adalah film-film dokumenter makin personal dan dengan teknologi kamera yang semakin canggih membantu mereka melakukan berbagai inovasi teknik. Tema dokumenter pun makin meluas dan lebih khusus, seperti observasi sosial, ekspedisi dan eksplorasi, liputan even penting, etnografi, seni dan budaya, dan lain sebagainya.

Sineas Swedia, Arne Sucksdorff menggunakan lensa telefoto dan kamera tersembunyi untuk merekam kehidupan satwa liar dalam The Great Adventure (1954); Oceanografer Jeacques Cousteau memproduksi beberapa seri film dokumenter kehidupan bawah laut, seperti The Silent World (1954); Observasi kota tampak melalui karya Frank Stauffacher, Sausalito (1948) serta Francis Thompson, N.Y., N.Y. (1957). Mengikuti gaya eksotis Flaherty, John Marshall memproduksi The Hunters (1956) mengambil lokasi di gurun Kalihari di Afrika. Lalu Robert Gardner memproduksi salah satu film antropologis penting, Dead Birds (1963) yang menggambarkan suku Dani di Indonesia dengan ritual perangnya. Di Perancis, beberapa sineas berpengaruh seperti Alan Resnais, Georges Franju, serta Chris Marker lebih terfokus pada masalah seni dan budaya. Resnais mencuat namanya setelah filmnya, Van Gogh (1948) meraih penghargaan di Venice dan Academy Award. Franju memproduksi beberapa film dokumenter berpengaruh seperti Blood of the Beast (1948) dan Hotel des invalides (1951). Sementara Marker memproduksi Sunday in Peking (1956) dan Letter from Siberia (1958).

Direct Cinema
..
Pada akhir 50-an hingga pertengahan 60-an perkembangan film dokumenter mengalami perubahan besar. Dalam produksinya, sineas mulai menggunakan kamera yang lebih ringan dan mobil, jumlah kru yang sedikit, serta penolakan terhadap konsep naskah dan struktur tradisional. Mereka lebih spontan dalam merekam gambar (tanpa diatur), minim penggunaan narasi dengan membiarkan obyeknya berbicara untuk mereka sendiri (interview). Pendekatan ini dikenal dengan banyak istilah, seperti “candid” cinema, “uncontrolled” cinema, hingga cinéma vérité (di Perancis), namun secara umum dikenal dengan istilah Direct Cinema. Beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya tren ini, yakni gerakan Neorealisme Italia yang menyajikan keseharian yang realistik, inovasi teknologi kamera 16mm yang lebih kecil dan ringan, inovasi perekam suara portable, serta pengisi acara televisi yang popularitasnya semakin tinggi. Pendekatan Direct Cinema terutama banyak digunakan sineas asal Amerika, Kanada, dan Perancis.

 
Di Amerika, pengusung Direct Cinema yang paling berpengaruh adalah Robert Drew, seorang produser yang juga jurnalis foto. Drew membawahi beberapa sineas dokumenter berpengalaman seperti, Richard Leacock, Don Pannebaker, serta David dan Albert Maysles. Drew memproduksi film-film dokumenter yang lebih ditujukan untuk televisi, satu diantaranya yang paling berpengaruh adalah Primary (1960). Film ini menggambarkan kontes politik antara John Konnedy dan Hubert Humprey di Wisconsin. Drew bersama para asistennya merekam momen demi momen secara spontan. Secara bergantian kamera mengikuti kemana pun dua politisi tersebut pergi, di tempat kerja, bertemu publik di jalanan, berpidato, dan bahkan ketika tengah bersantai di hotel. Dalam perkembangan Leacock, Pannebaker, dan Maysles meninggalkan perusahaan milik Drew dan membentuk perusahaan mereka sendiri. Beberapa diantaranya memproduksi film-film dokumenter penting, seperti What’s Happening! The Beatles in New York (1964) arahan Maysles Bersaudara yang dianggap merupakan film dokumenter Amerika pertama tanpa penggunaan narasi sama sekali.

Di Perancis, salah satu pengusung cinéma vérité yang paling berpengaruh adalah Jean Rouch. Salah satu karyanya yang dianggap paling berpengaruh (bahkan di dunia) adalah Cronicle of a Summer (1961). Rouch berkolaborasi dengan sosiologis, Edgar Morin menggunakan pendekatan baru cinéma vérité, yakni tidak hanya semata-mata melakukan observasi dan bersimpati namun juga provokasi. “You push these people to confess themselves… it’s very strange kind of confession in front of the camera, where the camera is, let’s say, a mirror, and also a window open to the outside” ungkap Rouch. Dalam filmnya tampak Morin berdiskusi dengan pelajar serta para pekerja di Kota Paris tentang kehidupan mereka dengan melayangkan pertanyaan kunci, “Are you happy?”. Rouch membiarkan subyeknya mendefinisikan sendiri masalah mereka secara alamiah melalui performa mereka di depan kamera.
..
Sejak pertengahan 60-an, pengembangan teknologi kamera 16mm dan 35 mm yang semakin canggih serta ringan makin menambah fleksibilitas para pengusung Direct Cinema. Sejak awal 60-an, hampir semua sineas dokumenter telah menggunakan teknik kamera handheld untuk merekam segala peristiwa. Direct Cinema juga berpengaruh pada perkembangan film fiksi secara estetik melalui gerakan new wave, seperti di Perancis. Para sineas new wave seringkali menggunakan kamera handheld, pencahayaan yang tersedia, kru yang minim, serta shot on location. Bahkan film-film (fiksi) mainstream pun seringkali mengadopsi teknik Direct Cinema untuk menambah unsur realisme sebuah adegan. Pendekatan Direct Cinema secara umum berpengaruh perkembangan seni film di dunia terutama pada era 60-an dan 70-an.
..
 
Warisan Direct Cinema dan Perkembangannya Hingga Kini
 
Dalam perkembangannya, Direct Cinema terbukti sebagai kekuatan yang berpengaruh sepanjang sejarah film dokumenter. Berbagai pengembangan serta inovasi teknik serta tema bermunculan dengan motif yang makin bervariasi. Salah satu bentuk variasi dari Direct Cinema yang paling populer adalah “rockumentaries” (dokumentasi musik rock). Rockumentaries memiliki bentuk serta jenis yang beragam. Let it Be (1970) memperlihatkan grup musik legendaris The Beatles yang tengah mempersiapkan album mereka. Woodstock: Three Days of Peace & Music (1970) garapan Michael Wadleigh merupakan dokumentasi dari festival musik tiga hari di sebuah lahan pertanian yang menampilkan beberapa musisi rock papan atas. Woodstock sering dianggap sebagai film dokumenter musik terbaik sepanjang masa dan menjadi dasar berpijak bagi film-film dokumentasi sejenis berikutnya. Pada dekade mendatang, This is Spinal Tap (1984) merupakan sebuah parodi rockumentary yang terbukti paling sukses komersil pada masanya.

Tradisi Direct Cinema juga tampak pada film-film kontroversial karya Fredrick Wiseman. Film-filmnya banyak bersinggungan dengan kontrol sosial, berkait erat dengan birokrasi dan bagaimana masyarakat dibuat frustasi olehnya. Dalam film debutnya, High School (1968) memperlihatkan bagaimana para siswa berontak melawan birokrasi di sekolah mereka. Maysles Bersaudara memproduksi film “Direct Cinema” Amerika berpengaruh, Salesman (1966) yang menggambarkan seorang salesman yang gagal. Sejak era 70-an, format film dokumenter mulai berubah melalui kombinasi pendekatan Direct Cinema, kompilasi footage, narasi, serta iringan musik. Salah satu sineas yang mempelopori format kombinasi ini adalah Emile De Antonio melalui film anti perangnya, Vietnam: In the Year’s of the Pig (1969). Dalam perkembangannya format ini mendominasi gaya film dokumenter selama beberapa dekade ke depan. Munculnya format digital juga semakin memudahkan siapa pun untuk memproduksi film dokumenter. Kritik sosial dan politik, lingkungan hidup, serta keberpihakan kaum minoritas masih menjadi menu utama tema film dokumenter beberapa dekade ke depan.

 

Beberapa sineas dokumenter berpengaruh muncul selama periode 70-an hingga kini. Erol Morris memproduksi film-film dokumenter unik dengan tema dan subyek yang tak lazim, seperti Gates of Heaven (1978), The Thin Blue Line (1988), serta Mr. Death (2000). Barbara Kopple dikenal melalui filmnya bertema demonstasi buruh, yakni, Harlan County, USA (1976) dan American Dream (1990). Michael Moore gemar melakukan kritik sosial dan politik melalui film-filmnya Roger and Me (1989), Bowling for Columbine (2001), Fahrenheit 9/11 (2004) serta Sicko. Kevin Rafferty dikenal melalui film-filmnya seperti The Atomic Café (1982) dan The Last Cigarettes (1999). Pendekatan eksotis Flaherty juga masih tampak dalam film peraih Oscar, March of the Penguins (2005) yang tercatat sebagai film dokumenter terlaris sepanjang masa. Selama sejarah perkembangannya, film dokumenter terbukti dapat lebih manipulatif ketimbang film-film fiksi komersil. Film dokumenter melalui penyajian dan subyektifitasnya seringkali cenderung menggiring kita untuk memihak. Masalah etika dan moral selalu dipertanyakan. Sineas dokumenter seyogyanya tidak hanya mampu menyajikan fakta namun juga kebenaran.
 
 
© Copyright 2011 Dicoba dulu baru tau ! All Rights Reserved.
Template by Creating Website
powered by Blogger
Bloggers - Meet Millions of Bloggers My Ping in TotalPing.com My Zimbio