Diktator adalah kepala pemerintahan yang berkuasa mutlak,
terutama yang telah memperoleh kekuasaan melalui kekerasan atau
dengan cara yang tidak demokratis (Kamus Besar Bahasa Indonesia hal
354). Sesuai perjalanan sejarah dunia, banyak negara di dunia ini yang
dikuasai dan dikepalai oleh seorang diktator dan rezimnya. Tentu
saja setiap diktator memiliki keunikan dan sisi negatif yang
menggelikan dan nampak konyol. Berikut adalah 5 diktator era modern:
1. Kim Jong-Il
Kim Jong-Il, pemegang tampuk kekuasaan tertinggi Korea Utara. Ia
memeroleh kekuasaan sebagai warisan dari sang ayah Kim Il-Sung yang
meninggal pada 1998. Ia memiliki pasukan beranggotakan
perempuan,”Pasukan Kesenangan” (Pleasure Squad) yang setia
menemani perjalanannya. Ia dianugerahi sebutan “Pencipta Alam Semesta”,
hal yang sama dimiliki oleh ayahnya. Ia pun dianggap memiliki
kekuatan supranatural semenjak dilahirkan,dan mengklaim bahwa Korea
Utara merupakan negara paling demokratis, bebas, dan bangsa yang
terhormat di muka bumi. Ia mengklaim bahwa Korea utara adalah sebuah
surga, dimana tidak ada masyarakatnya yang mengalami kemiskinan, dan
hidup bahagia. Pada kenyataannya, masyarakat Korea Utara tersiksa,
disiksa, dan kebanyakan mereka menafkahi hidupnya dengan bekerja di
ladang yang dimiliki bersama.
2. Mobutu Sese Seko
Mobutu adalah Presiden Zaire (sekarang bernama Republik Demokratis
Kongo). “Zaire” merupakan kata yang bermakna sungai. Ia membuat
peraturan mengenai pertelevisian, dengan tidak menyebutkan nama lain
selain namanya dalam setiap siaran televisi. Ia melarang semua cetakan
topi yang berasal dari kulit macan tutul yang berasal dari Zaire,
kecuali yang dipakainya. Ia memerintahkan untuk menyebutkan bahwa ia
diturunkan dari surga, sebelum siaran televisi malam dimulai. Ia
menjuluki dirinya,”Sang pemiliki semua kekuatan ksatria, karena
ketahanan dan hasrat untuk menang, akan mengarungi peperangan demi
peperangan dan meninggalkan kobaran api saat kebangkitan tiba.” Ia
memenjarakan siapa saja yang tidak memiliki nama Afrika. Ia
digulingkan pada 1997, dan meninggal pada 7 September, 1997, akibat
kanker prostat,di Maroko.
3. Saparmurat Niyazov
Niyazof merupakan Presiden seumur hidup Turkmenistan dari 1990-2006.
Ia dikenal dengan penamaan kalender atas nama diri, keluarga dan
bukunya. Ia menamai sebuah roti dengan nama ibunya, dan membuat kastil
es yang besar berada di tengah-tengah Turkmenistan, sebuah negara
padang pasir. Ia melarang penggunaan riasan, gigi emas, dan lip sync
(gerak bibir yang mengikuti suara) saat pertunjukan. Ia meminta
untuk menyejajarkan buku karyanya dengan Al-Quran, dan semua orang
Turkmenistan diwajibkan untuk memiliki foto dirinya. Semua orang
diwajibkan menghapalkan buku untuk menjamin pekerjaannya, dan tidak
akan memeroleh surat ijin mengemudi seandainya tidak menghapalkan isi
buku di dalam hatinya. Turkmenistan adalah sebuah negara yang memiliki
partai tunggal.
4. Idi Amin
Idi Amin Dada merupakan seorang diktator Uganda, kekuasaannya
berlangsung dari 1971 hingga 1979. Ia dilaporkan, akan menghukum mereka
yang membangkang dengan menjadikannya santapan buaya peliharaannya.
Ia memerintahkan untuk mengusir semua orang Asia yang berada di
Uganda hanya karena sebuah keluarga Asia menolaknya untuk meminang
putri mereka. Ia juga mengklaim dirinya sebagai Raja dari Skotlandia,
dan mengirimkan suratnya kepada Ratu Elizabeth. Ia pergi ke Libia
setelah kejatuhan rezimnya, lalu ke Arab Saudi, dan meninggal di sana
pada 2003.
5. Rafael Trujillo
Rafael Trujillo merupakan seorang diktator dari Republik Dominika,
kekuasaannya berlangsung dari 1930 hingga 1938, dan 1942 hingga 1952.
Ia merupakan salah satu dari sekian diktator yang menyebut dirinya
Tuhan ataupun Dewa. Ia meminta semua gereja untuk memasangkan sebuah
tulisan,” Bapa di surga, Trujillo di Bumi.” Ia juga mengorganisasikan
sebuah perayaan yang memakan biaya sebesar 30 juta dollar Amerika
serikat, dengan tema “Pekan Perdamaian dan Persahabatan Dunia” (Fair of Peace and Fraternity of the Free World),
dan menunjuk putrinya sebagai ratu. Ia menunjuk anaknya yang
berusia tiga tahun sebagai kolonel. Ia mengkampanyekan istrinya agar
mendapatkan nobel sastra, walaupun istrinya seorang buta huruf. Ia
membuat peraturan yang mewajibkan semua pengesahan surat-surat legal,
memiliki tulisan/stempel “Viva Trujillo,” dan mempromosikan
anaknya (masih sangat muda) untuk menjadi sorang jendral. Ia akhirnya
terbunuh pada 1961, akibat serangan oleh sekelompok yang beranggotakan
11 orang, dan keluarganya dipaksa meninggalkan Republik Dominika.(**)
Posting Komentar